Rabu, 30 November 2011

LAKI-LAKI TERHEBAT


Berbadan tinggi tegap, berambut tebal yang diselimuti uban.  Seorang laki-laki yang masih bekerja keras untuk menyukupi kebutuhan keluarga. Meskipun berwatak  keras tetapi beliau adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keluarga. Cara mendidik anak-anaknya  sering menimbulkan pro dan kontra. Mungkin maksudnya baik, tetapi entahlah selama ini aku kurang untuk menerima. Yah, biar bagaimanapun dia tetap ayah kandungku.

Selama ini aku menganggap seorang ayah adalah monster yang suka marah dan ngamuk-ngamuk saja. Selalu menunutut dan membatasi dalam pergaulan dengan orang lain.Terlintas dalam fikiranku secara tidak sadar telah mengarahkan untuk membenci seorang ayah.  

Sedikit cerita, Malam hari Sebelum aku berangkat ke Yogyakarta, ketika di panggil ayah di teras depan rumah. “Piye ko ws siap-siap rung koe mau?”, (gmna ko udah siap2 belum?)kata ayah sambil senyum-senyum menatapku  yang sudah berani rokok di depannya.”koko” adalah panggilanku waktu kecil, bahkan sampai sekarang keluaragaku masih memanggil dengan sebutan seperti itu. ” Yws tho pak, wis di siapke ibuk kabeh koq pakaianku”,(sudah , sudah di siapkn ibu kq pakaianku)sahutku. Perbincangan yang memang  biasa di utarakan orang tua ketika anaknya mau pergi jauh. Sedikit banyak perkataan ayahku yang “ngalor ngidul”  itu pun kuabaikan. Malam itu aku ada janji dengan teman-teman SMA untuk acara perpisahan, karena aku akan berangkat besok pagi.

Bincang –bincang di bawah pohon cemara di depan rumah itu mulai membuatku resah dan gelisah. Rasa kaget ketika aku di tegur ayah, entah dari raut mukaku yang terlihat atau sikapku yang acuh tak acuh. “Mbok dungoke ra ko ntokku ngomong?”, kata ayah Dengan agak mengkerutkan keningnya. “Yo pak”, jawabku dengan nada terpaksa.
Saatnya telah tiba, saat aku akan berangkat ke kota. Ibu yang mencium pipiku sambil menangis, ternyata berbeda dengan ayahku sambil senyum tipis dengan berkata: “ati-ati yo ko”. Senyumnya tidak mengungkapakn suatu kesedihan selayaknya orang tua yang akan di tinggal anaknya. Tapi sudahlah, mungkin sudah wataknya.

Hidup di kota dan jauh dari orang tua sunguh berat. Selama ini hidup manja ketika SD sampai SMA ternyata harus  melakoni kehidupan yang sulit. Teringat semua perkataan ayahku jaman dulu ternyata semua terbukti. Perkataan beliau adalah wujud dari kasih sayang orang tua kepada anaknya. Sampai sekarang aku baru tau bahwa maksud dari perlakuan selama ini dengan tujuan baik.

Sering kali untuk minta uang semester dan kebutuhan sehari-hari lebih enak minta sama ibu, meskipunngomel dikit tetapi gaya bicaranya enak dan berbanding terbalik dengan ayahku. Saat semester tiga  tentang prasyarat mengikuti ujian adalah membayar uang smester dan lupa untuk memberitahu tentang tagihan kepada orang tua. Ujian kurang sehari lagi, pikiran kalut karena takut tidak bisa ikut ujian. Kuberanikan diri untuk minta uang semesteran kepada ibu tapi beliau tidak bisa menyangggupi sebelum berbicara dulu dengan ayah.

 Sedikit cerita dari ibuku tentang kejadian ibuku lewat sms:” Orang yang pertama kali merasa susah adalah ayahmu ko”. Sedikit tercengang melihat sms dari ibu.” ketika ibu ngomong tentang uang pembayaran semester, Beliau mencari jalan agar anaknya  bisa mengikuti UAS seperti teman-temannya”, lanjut smsnya. Sungguh merasa bersalah sikapku selama ini, yang menganggap ayah adalah sesosok  yang “keras”. Ternyata beliau tidak mau menyampaikan kemarahannya agar aku tenang mengikuti ujian menurut penjelasan ibuku.

Terlintas dalam pikiaranku, Suatu nanti ketika aku sudah wisuda untuk jadi seorang sarjana, mungkin orang yang pertama kali berdiri dan bertepuk tangan adalah ayah. Senyum dengan air mata bahagia adalah wujud syukur ketika melihat anaknya  menjadi dewasa dan berhasil jadi “seseorang”.

Sungguh hebatnya perjuangan seorang ayah. Muungkin selama ini sosok ayah kurang terlihat di banding ibu yang selalu dekat dan berlaku baik pada semua anaknya. Semua perbuatan ayah terhadap anaknya adalah wujud dari pembelajaran. Kita di didik keras agar kita terbiasa dengan kerasnya kehidupan. Selalu senyum ketika menghadapi kesedihan yang mengisyaratkan bahwa kesedihan itu memang harus di hadapi dengan senyuman agar kita mampu mengelola emosi yang membuktikan kita dewasa.

Perasaan ini tertuang ketika aku membaca sebuah tulisan dari temenku  waktu sma kelas dua. Entah mengapa aku hanyut dalam alur tulisan itu. Hanya perasaan sedih yang ada dalam hatiku. Sudahkah aku membuat ayah tersenyum, pertanyaan itulah yang selama ini ada dalam otakku.

Tulisan ini bertujuan menyadarkan saya dan anak-anak yang sesungguhnya mempunyai pikiran buruk tentang sesosok ayah.  Bukan maksud mendeskreditkan seorang ibu, tapi hanya ada keseimbangan informasi bahwa seorang ayah juga berperan dalam kehidupan kita.

Nasib Korban yang Dikebiri


Sehabis sholat magrib sekitar pukul 18.30wib. kami berhenti di warung pinggir jalan.dengan maksud ingin menikmati teh sebagai penghangat dikala hawa dingin menyelimuti tubuh ini.bangunan yang tersusun rapi dari bambu ini telang melindungi dari tetesan embun yang jatuh dari langit. Atap dari seng berjajar gagah sepanjang bangunan itu.

Awan wedus gembel di tahun 2010 telah meluluh lantakan bangunan yang menghalangi lajunya. Awan panas yang bersal dari erupsi gunung merapi ini menjadi monster paling mengerikan bagi warga kinah rejo sleman yogyakarta. Tidak ada satupun bangunan yang lolos dari panas awan yang berisi butiran pasir itu.

Kerusakan yang diakibatkan erupsi gunung merapi itu telah mengahancurkan semua ekosistem. Tumbuhan, hewan dan tak luput pula manusia yang menjadi korban. Rumah warga yang berada dikawasan rawan bencana itu rata dengan tanah. Rumah mbah marijan juga tak luput dari sasaran awan wedus gembel.

Pandangan yang liarku menuju sebuah bangunan rumah permanen di belakang warung tempat aku berhenti. kami bergegas mendekat dan melihat bangunan yang terlihjat baru berdiri. Nampak seorang lelaki memakai peci keluar dari rumah itu. Nurohman, lelaki berkulit sawo matang termasuk korban merapi.

Terasa aneh ketika melihat sebuah bangunanan berdiri megah di kawasan rawan bencana. Tak lain adalah rumahnya pak nurrohman.  Pemerintah menerapkan pelarangan tentang pendirian rumah permanen di Kawasan Rawan Bencana. Seorang laki-laki perwakan kurus ini juga cucu dari mbah marijan. Kehidupan sehari-hari dihabiskan untuk bercocok tanam ini menjadi saksi hidup atas bencan alam yang terjadi setahun lalu. Beliau bertempat tinggal di dusun kinahrejo desa umbulharjo kecamatan cangkringan kabupaten sleman yang termasuk kawasan rawan bencana, karena memang rumahnya berjarak sekitar  5 KM dari puncak merapi.

Rumah permanen di bangun secara bertahap. pak nurohman, seorang petani yang meyisihkan sebagian uang untuk membeli semen dan membuat batako sebagai dinding rumah ini. bangunanan diperuntukan persinggahan  sanak keluarganya. Rumah yang dibangun pasca erupsi ini menghabiskan biaya sekitar 27 juta.

Kekecewaan berat dialami warga kinahrejo, ketika pemerintah yang mencanangkan progam relokasi tanah. Rumah yang akan didapatkan warga kinahrejo ternyata tidak lepas dari biaya. Pak nurrohman menuturkan: “mereka perlu menyiapkan dana minimal 9-16 juta”. Setiap kepala keluarga harus mempunyai uang Sembilan juta untuk mendapatkan rumah. “semakin strategis rumahnya semakin mahal”. Imbuhnya.

Dengan biaya yang cukup besar keresahan dialami warga kinah rejo khususnya. Mereka yang menjadi korban bencana, kehilangan harta benda masih harus memikirkan biaya yang sebesar itu. Lapangan pekerjaan yang tidak ada merupakan faktor penyebab keresahan . Ladang mereka mati, tertimbun butiran pasir dari merapi.

Progam  pemerintah untuk para korban bencana merapi tentang penggantian hewan ternak yang mati dirasa memberatkan warga. Uang ganti ternak dari pemerintah harus di belikan ternak lagi dan dilaporkan kepada pihak yang berwaji atau kepal desa. Sedang dikawasan merapi masih tertutup dengan pasir . Persoalan ini membuat warga kinah rejo kesulitan mencari pakan ternak. “rumputnya kan belum tumbuh, masih tertutup pasir”. Kata pak nurrohman yang ekspresinya terlihat sedih.
Jaminan hidup yang di janjikan pemeritah dalam tahun ini hanya terealisasi dua bulan pertama. Untuk keselanjutannya masih belum diterima warga desa kinahrejo. Memang malang nasib para korban erupsi merapi. Warga yang selalu membayar pajak ke perintah yang seharusnya memperhatikan nasib mereka tapi semua hanya tinggal anagn belaka.

Pak nurrohman sebelum adzan isyak dikumandangkan, beliau menceritakan semua keadaan ketika bencana dashyat itu terjadi. Sirine yang seharusnya peringatan bahwa akan terjadi erupsi ternyata kurang berfungsi dengan baik. Himbauan dari pemerintah untuk mengungsi terasa kurang di pedulikan oleh warga. Mereka lebih mempercayai sirine yang terpasang sebagai peringatan dini terhadap bencana. Bukannya masyarakat kinah rejo tidak mau mengungsi, tapi memang sistem kerja sirine yang terpasang memang lambat. Pada tahun 2006, sebelum terjadi erupsi alat pendeteksi bencana yang di pasang oleh mahasiswa UGM ini telah memperingatkan terlebih dahulu. Sehingga setelah ada tanda dari sirine gegana ini warga mulai mengungsi. Mereka berpatokan bahwa setelah sirine gegana ini berbunyi maka warga siap-siap unutk mengungsi. Tapi pada kenyataannya  Sirine yang di Tuhankan warga kinahrejo tidak berfungsi dengan baik. Peringatan tanda bencana ini telat. Bunyi sirine bersamaan dengan datangnya awan panas itu. Alhasil banyak masyarakat kinahrejo menjadi korban.

Suara air hujan yang terus berjatuhan dari langit pun memaksa pak nurrohman bersuara agak kencang. Pekikan adzan yang sontak menghentikan pembicaran kami dengan nurrohman. Masjid yang berjarak sekitar 500meter dengan corong suara pas menghadap kearah kami, seakan-akan mengajak seluruh umat islam untuk sholat.

Senin, 28 November 2011

Panasnya Ruangan Kuliahku

Waktu menunjukan jam 13.00wib. Panas matahari seakan-akan menjadi teman dikala siang bagi masyakat kota gudek ini. Seperti biasa perkuliahan di fakultas hukum akan dimulai. Mahasiswa berlalu lalang hanya untuk mencari kelas yang sudah menjadi kebiasaan di jam perkuliahan. “Penyusunan kontrak” adalah mata kuliah wajib di Fakultas Hukum. Perkuliahan yang diajar oleh dosen yang sering berlogat medok ini serasa kurang nyaman. Sebut saja pak Rio. Perkuliahan yang berada  di lantai dua, tepatnya di TS 2/5 terasa panas dan gerah.

Alat pendingin  ruangan yang digunakan untuk membantu proses perkuliahan mati. Kegelisahan dialami seluruh mahasiswa yang ada di ruang berukuran 8x8 m2. Tampak wajah kusut penuh keringat yang terlihat. Memang cuaca hari ini sangat panas. Perkuliahan yang seharusnya fokus pada materi menjadi terganggu. Sekitar 20 orang menyibukan diri untuk mengurangi panasnya ruangan. mengambil secarik kertas lalu mengibaskan di dekat muka. Itulah kegiatan mahasiswa ketika dalam ruangan. Ada juga mahasiswa yang membuka kancing baju dan sesekali meniup ke dalam hanya untuk memperoleh kesejukan. Tak terkucali pak rio,menarik sapu tangan dari saku hanya untuk mengusap keringat di dahi.

Perkuliahanyang berlangsung sekitar 2 jam ini memang terasa kurang kondusif.  Salah seorang mahasiswa mengeluh akan fasiltas dikampus perjuangan ini.

 “protes aja, uang spp dinaikin koq fasilitas kita gak mumpuni”.  Celoteh mahasiswa nagkatan 2008 ini pada teman sebelahnya.

Pendingin ruangan memang sangat dibutuhkan saat proses perkuliahan berlangsung. Ruangan yang kecil berpenghuni sekitar 50 mahasiswa ini terasa panas dan pengabVentilasi sebagai tempat pertukaran udara memang harus diperhatikan. Puluhan manusia menghirup oksigen secara bersama-sama begitu juga saat mengeluarkan karbondioksida. Keadaan ruang yang tertutup membuat manusia berebut oksigen. Banyaknya zat karbon dalam suatu ruangan akan terasa pengab dan panas.

Kurang cermatnya pihak kampus terhadap ruangan kelas dinilai sangat merugikan mahasiswa. Seharusnya, sebelum perkuliahan berlangsung pihak fakultas atau yang di beri kewenangan setidaknya mengecek fasiltas ruangan. Mulai dari alat pendingin, pengeras suara maupun penerangan.

Upaya untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa harus menjadi perhatian lebih. Jangan sampai mahasiswa yang selalu di bebani dengan biaya mahal, akan tetapi kebutuhan masih terabaikan. Mahasiswa yang percaya akan pihak kampus untuk mengelola uang yang di peruntukan membantu proses belajar.

Kelalaian pihak kampus akan kejadian ini mendorong opini mahasiswa bahwa ada rasa ketidak percayaan. Dimana mahasiswa mulai mempertanyakan tentang uang perkuliahan yang kemana saja? Permasalahan ini akan menjadi bom waktu yang akan meledak pada saat nanti.

Kurang Pekanya Pelayanan Warung Makan

Sekilas tak ada yang mencurigakan. Celana biru tua dan kaos coklat yang kukenakan. Selesai mengantar seorang teman mencari buku bacaan untuk menambah kecerdasaan. Sekitar pukul 20.00wib, berhenti di sebuah warung makan sepanjang jalan gejayan. Yah, memang terlihat mewah dari luar. Tak pantaslah untuk seorang mahasiswa.”ah sekali-sekali boleh lah”. Dalam hatiku.mungkin warung itu sudah di kenal selurh penjuru kota yogyakarta. Warung yang pelayannya kebanyakan laki-laki ini menjadi pelepas dahagaku.

“kita duduk dmna bang?”. Kataku.
“diatas aja bang.” Sahut temanku.

Tangga yang terbuat dari kayu menjadi jalan untuk menuju kelantai dua. Begitu banyak pengunjung yang datang hanya untuk menghilangkan rasa haus dan lapar. Berbagai macam orang yang mengisi ruangan lantai dua. Akhirnya duduklah kami di kursi rotan depan televisi berlayar datar. Seorang lelaki dengan perwakan tinggi tapi kurus itu memberi kami dua lembar daftar menu. Ternyata lelaki yang memakai baju hitam itu adalah pelayan warung makan, karena baju yang dikenakan seragam dengan yang lainnnya.

Kami pun sibuk membaca dan memilih menu apa yang akan kita makan. Nama-nama aneh yang membuatku bingung untuk menentukan apa yang akan aku konsumsi malam ini. “Pesan minum dulu lah, makannya entar”.batinku.
Berhubung aku suka dengan rasa coklat, akhirnya ku pesan minum yang terbuat dari coklat, entah apa namanya aku lupa. Awalnya ingin memesan es cream seperti gambar yang terpampang di pintu masuk, tapi ternyata tidak ada dalam menu. Entah mataku yang kurang jeli melihat di daftar menu atau memang itu hanya promosi di hari tertentu.
Ku panggil seorang pelayan yang sedang membersihkan meja di depanku.

Mas…mas…mas…”. Panggilku.
iya mas bentar”. Jawabnya.

Selesai membersihkan, pelayan itu langsung turun ke bawah untuk mengantarkan piring kotor bekas tempat makan pelanggan. Salah seorang pelayan yang berdiri di belakang mejaku tak luput pula aku memanggilnya.

mas…mas….”. kataku.
bentar mas” . jawabnya.

Rasa tidak nyaman pun mulai muncul. Pikiran buruk tentang warung ini sudah menjalar dalam pikiran.
Apa memang dikira gak bayar yah”. Dalam hatiku.

Sekitar 20 menit aku duduk di atas kursi dengan meja bundar diatasnya dilengkapi tissue. Tak ada seorang pelayan pun yang memperdulikan kami. Meskipun  tergolong pelanggan baru, karena aku baru pertama kali datang. Tapi setidaknya ada sedikit perhatian untuk pelanggan baru. Kesan pertama yang kurang menyenangkan akan menjadi penilaian dari pembeli. karena satahuku motto dari penjual adalah memuaskan customer.

Sembari menunggu pelayanan yang tak kunjung datang, aku pun melihat keadan sekitar. Tempat yang dipenuhi anak-anak muda dengan pakaian sedikit terbuka membuat hati ini lepas dari kekesalan. Mereka membawa pasangan masing-masing. Yah, tentunya laki-laki dengan perempuan. Ruangan yang di lengkapi lampu remang-remang memang cocok untuk memanjakan pasangan. Berbeda denganku, yang membawa pasangan laki-laki. Tujuan awal memang bukan untuk pacaran, tetapi hanya untuk membuat perut ini kenyang.

Tersontak kaget ketika ada suara dari samping kananku secara tiba-tiba.

“Pesan apa mas?”. Kata pelayan.
“Pesan es coklat dua mas?” jawabku dengan kaget.
“sudah itu saja?”. Sahutnya.

Jawaban dengan bahasa tubuh tanda meng  iyakan membuat pelayan itu kembali untuk mengambilkan pesanan kami. Akhirnya, kamipun dapat perhatian dari pelayan warung itu. Selang berapa menit, pesananku diantarkan dengan sebuah nampan kayu yang diangkat oleh pelayan laki-laki. Rasa haus yang kiranya sudah tak terbendung lagi kini akan terhapus dengan es coklat yang ku pesan.

Ini adalah pengalaman tentang pelayanan yang kurang memuaskan disalah satu warung makan yang tidak bisa disebutkan namanya.  Dimana warung itu terletak sepanjang jalan gejayan selesai dari toga mas.